Recent Posts

Monday, May 22, 2017

Britania Raya Exit

       Brexit adalah istilah yang umum digunakan untuk keluarnya Inggris dari Uni Eropa (UE). Inggris bergabung dengan European Economic Community, pendahulu Uni Eropa, pada tanggal 1 Januari 1973. Referendum pada tahun 1975 menyetujui keanggotaannya. Pada 1970-an dan 1980an, penarikan mundur dari Komisi Eropa terutama didukung oleh tokoh Partai Buruh dan serikat buruh. Dari tahun 1990an, pendukung utama penarikan dari UE adalah Partai Kemerdekaan Inggris yang baru didirikan (UKIP) dan jumlah anggota parlemen Konservatif yang meningkat.
   

   Pemerintah Inggris yang dipimpin oleh David Cameron mengadakan referendum mengenai masalah ini pada tahun 2016. Sejak tanggal 24 Juni 2016, Britania Raya telah keluar dari bagian Uni Eropa. Keputusan tersebut diambil dari referendum dengan hasil 52% untuk berpisah dan 48% tetap bergabung. Referendum yang diselenggarakan pada tanggal 23 Juni adalah untuk memutuskan apakah Inggris harus keluar atau tetap dalam Uni Eropa. Mereka yang menggunakan hak suaranya mencapai 71,8% dengan lebih dari 30 juta orang yang memilih, jumlah terbesar sejak pemilu tahun 1992.Mayoritas suara yang memilih Brexit banyak dari Inggris dengan angka 53,4%-46,6% begitu juga dengan Wales. Sementara Skotlandia dan Irlandia Utara memilih untuk tetap bersama Uni Eropa. Tentunya dengan keluarnya Britania Raya dari Uni Eropa sungguh disayangkan. Apalagi kemudian timbul pertanyaan apakah hal tersebut akan memicu terjadinya perpecahan Britania Raya, mengingat mayoritas suara untuk Brexit didapat dari Inggris dan Wales.
     Setelah hasilnya diumumkan, Cameron mengumumkan bahwa dia akan mengundurkan diri pada bulan Oktober. Selanjutnya pemerintahan akan dipimpin oleh Theresa May. Banyak pergantian kepemimpinan setelah terjadinya referendum ini, misalnya George Osborne digantikan sebagai Chancellor of the Exchequer oleh Philip Hammond, mantan Walikota London Boris Johnson ditunjuk sebagai Sekretaris Negara untuk Urusan Luar Negeri dan Persemakmuran, dan David Davis menjadi Sekretaris Negara untuk Keluar dari Uni Eropa. Pemimpin buruh Jeremy Corbyn kehilangan mosi percaya di antara partai parlementernya, dan sebuah tantangan kepemimpinan yang tidak berhasil diluncurkan. Pada tanggal 4 Juli, Nigel Farage mengumumkan pengunduran dirinya sebagai pemimpin UKIP.
   Hal ini berimbas juga di luar Inggris, banyak pemimpin Eurosceptic merayakan hasilnya, dan mengharapkan orang lain mengikuti contoh Inggris. Penduduk sayap kanan Belanda Geert Wilders mengatakan bahwa Belanda harus mengikuti teladan Inggris dan mengadakan referendum mengenai apakah Belanda harus tinggal di Uni Eropa. Namun, jajak pendapat dalam dua minggu setelah referendum Inggris menunjukkan bahwa reaksi langsung di Belanda dan negara-negara Eropa lainnya merupakan penurunan dukungan terhadap pergerakan Eurosceptic.
   Pada tanggal 29 Maret 2017, pemerintah Theresa May meminta Pasal 50 dari Perjanjian di Uni Eropa dalam sebuah surat kepada Presiden Dewan Eropa, Donald Tusk. Inggris diatur untuk meninggalkan pada bulan April 2019.  Persyaratan penarikan belum dinegosiasikan, dan Inggris tetap menjadi anggota penuh Uni Eropa.  Perdana Menteri, Theresa May, menegaskan bahwa pemerintah Inggris tidak akan menjadi anggota satu pasar permanen, dan mengumumkan 12 tujuan negosiasi.  Dia juga telah menjanjikan RUU Great Repeal, yang akan mebjawab Undang-undang Masyarakat Eropa dan akan mengandung undang-undang Uni Eropa ke dalam hukum nasional Inggris.
Referensi


0 comments:

Post a Comment