Recent Posts

Thursday, November 24, 2016

Teori Operant Conditioning

Profile Burrhus Frederic Skinner
Burhuss Frederic Skinner lahir pada tanggal 20 Maret 1904 di sebuah kota kecil bernama Susquehanna, Pennsylvania. Ayahnya adalah seorang pengacara dan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang baik. Ia merefleksikan tahun-tahun awal kehidupannya sebagai suatu masa dalam lingkungan yang stabil, di mana belajar sangat dihargai dan disiplin sangat kuat. Skinner mendapat gelar BA-nya dalam sastra bahasa inggris pada tahun 1926 dari Presbyterian-founded Humilton College. Setelah wisuda, ia menekuni dunia tulis menulis sebagai profesinya selama dua tahun. Pada tahun 1928, ia melamar masuk program pasca sarjana psikologi Universitas Harvard. Ia memperoleh MA pada tahun 1930 dan Ph.D pada tahun 1931 di universitas yang sama.
Skinner mengajar psikologi di University of Minnesota antara 1936-1945, dan selama masa ini dia menulis buku teksnya yang amat berpengaruh, The Behavior of Organisms (1938). Salah satu mahasiswa skinner di University of Minnesota adalah W. K. Estes, yang karyanya juga mempengaruhi psikologi. Pada tahun 1945, dia menjadi kepala departemen psikologi Universitas Indiana. Tiga tahun kemudian tepatnya tahun 1948, dia diundang untuk datang lagi ke Universitas Harvard. Di Universitas tersebut dia menghabiskan sisa karirnya. Skinner adalah seseorang yang aktif dalam berbagai kegiatan, seperti melakukan berbagai penelitian, membimbing ratusan calon doktor, dan menulis berbagai buku. Meski tidak sukses sebagai penulis buku fiksi dan puisi, ia menjadi salah satu penulis psikologi terbaik. Salah satu karyanya yang terkenal adalah Walden II. Pada tahun 1990, Skinner meninggal dunia karena penyakit Leukimia.
Dalam sebuah survei yang diambil sebelum kematian Skinner (Korn, Davis, &Davis), para sejarawan psikologi dan para ketua jurusan psikologi diminta mengurutkan 10 psikolog paling menonjol (psikolog kontemporer dan psikolog sepanjang masa). Dalam daftar ahli sejarah, Skinner berada di urutan kedelapan dalam daftar psikolog sepanjang zaman, tetapi dia di urutan pertama dalam daftar psikolog kontemporer paling top; dalam daftar para ketua jurusan psikologi, Skinner berada di urutan pertama untuk kedua jenid daftar itu. (Olson, 2008:82)
Latar Belakang  Lahirnya Teori  Operant Conditioning  B.F SkinnerDasar dari pengkondisian operan (operant conditioning) dikemukakan oleh E.L. Thorndike pada tahun 1911, yakni  beberapa waktu sesudah munculnya teori classical conditioning yang dikemukakan oleh Pavlov. Pada saat itu thorndike mempelajari pemecahan masalah pada binatang yang diletakkan di dalam sebuah “kotak teka-teki”. Dimana setelah beberapa kali percobaan, binatang itu mampu meloloskan diri semakin cepat dari perobaan percobakan sebelumnya. Thorndike kemudian mengemukakan hipotesis“ apabila suatu respon berakibat menyenangkan, ada kemungkinan respon yang lain dalam keadaan yang sama” yang dikenal dengan hukum akibat“ low of effect”. Artinya jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, hubungan antara stimulus dan respons akan semakin kuat. Sebaliknya semakin tidak memuaskan (mengganggu) efek yang dicapai respons, semakin lemah pula hubungan stimulus dan respons tersebut. (Syah, 2003:94)
Dari teori yang dikemukakan Thorndike, Skinner telah mengemukakan pendapatnya sendiri dengan memasukkan unsure penguatan ke dalam hukum akibat tersebut, yakni perilaku yang dapat menguatkan cenderung diulangi kemunculanya, sedangkan perilaku yang tidak dapat menguatkan cenderung untuk menghilang atau terhapus. Oleh karena itu Skinner dianggap sebagai  bapak operant conditioning. Perilaku operan adalah perilaku yang dipancarkan secara spontan dan bebas berbeda dengan perilaku responden dalam pengkondisian Pavlov yang muncul karena adanya stimulus tertentu. Contoh perilaku operan yang mengalami penguatan adalah: anak kecil yang tersenyum mendapat permen oleh orang dewasa yang gemas melihatnya, maka anak tersebut cenderung mengulangi perbuatannya yang semula tidak disengaja atau tanpa maksud tersebut. Tersenyum adalah perilaku operan dan permen adalah penguat positifnya.
Skinner membuat eksperimen sebagai berikut: dalam laboratorium, Skinner memasukkan tikus yang telah dilaparkan dalam kotak yang disebut “Skinner box”, yang sudah dilengkapi dengan berbagai peralatan, yaitu manipulandum dan alat pemberi reinforcement yang antara lain berupa wadah makanan. Manipulandum adalah komponen yang dapat dimanipulasi dan gerakannya berhubungan dengan reinforcement. Komponen ini terdiri atas tombol, batang jeruji, dan pengungkit.
Dalam ekeperimen ini mula-mula tikus mengeksplorasi peti sangkar dengan cara lari ke sana kemari, mencium benda-benda yang ada di sekitarnya, mencakar dinding, dan sebagainya. Aksi-aksi seperti ini disebut “emitted behavior” (tingkah laku yang terpancar), yakni tingkah laku yang terpancar dari organism tanpa mempedulikan stimulus tertentu. Kemudian pada gilirannya, secara kebetulan salah satu emitted behavior tersebut (seperti cakaran kaki depan atau sentuhan moncong) dapat menekan pengungkit. Tekanan pengungkit ini mengakibatkan munculnya butir-butir makanan ke dalam wadahnya. Butir-butir makanan yang muncul itu merupakan reinforce  bagi penekanan pengungkit. Penekanan pengungkit inilah yang disebut tingkah laku operant yang akan terus meningkat apabila diiringi dengan reinforcement, yakni penguatan berupa butir-butir makanan yang muncul pada wadah makanan. Jelas sekali bahwa eksperimen Skinner di atas mirip sekali dengan trial and error learning yang ditemukan oleh Thorndike. Dalam hal ini, fenomena tingkah laku belajar menurut Thhorndike selalu melibatkan satisfaction/kepuasan, sedangkan menurut Skinner fenomena tersebut melibatkan reinforcement/ penguatan. 
Selanjutnya, proses belajar dalam teori operant conditioning juga tunduk kepada dua hokum operant yang berbeda, yakni: law of operant conditioning dan law of operant extinction. Menurut law of operant conditioning, jika timbulnya tingkah laku operant diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan tingkah laku tersebut akan meningkat. Sebaliknya, menurut law of operant extinction, jika timbulnya tingkah laku operant yang telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan tingkah laku tersebut akan menurun atau bahkan musnah. Hokum-hukum ini pada dasarnya sama saja dengan hokum-hukum yang melekat dalam proses belajar menurut teori pembiasaan klasik. (Syah, 2003:100)
Berdasarkan berbagai percobaannya pada tikus dan burung merpati, Skinner menyatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan (reinforcement). Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulu-respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua, yaitu penguatan positif. Penguatan positif sebagai stimulus, dapat meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku itu sedangkan penguatan negatif dapat mengakibatkan perilaku berkurang atau menghilang. Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa dll).
Teori operant conditioning juga berbeda dengan classical conditioning. dalam pengkondisian klasik, respon terkondisikan sering kali mirip dengan respon normal bagi stimulus tak terkondisikan. Misalnya salviasi, itu merupakan respon anjing normal terhadap maknan. Tetapi jika ingin mengajar sesuatu yang baru kepada organisme, seperti mengajar anjing keterampilan baru, maka anda tidak dapat menggunakan pengkondisian klasik, tetapi anda lebih duli mempersuasinya untuk melakukan keterampilan itu dan setelahnya member hadiah dengan tepuk tangan atau makanan, jika anda terus menerus melakukannya, akhirnya anjing akan mampu mempelajari keterampilan itu.rita Atkinson.
Jadi Inti dari teori Skinner Pengkondisian operan (operant conditioning) dalam kaitann  dengan psikologi belajar adalah proses belajar dengan mengendalikan semua atau sembarang respon yang muncul sesuai konsekwensi ( resiko) yang mana organisme akan cenderung untuk mengulang respon-respon yang di ikuti oleh penguatan
Karakteristik Operant ConditioningSkinner membedakan dua jenis perilaku, yaitu :
1. respondent behavior ( perilaku responden) yakni perilaku yang ditimbulkan oleh suatu stimulus yang dikenali, contohnya adalah semua gerak reflek
2. operant behavior ( perilaku operan) yakni perilaku yang tidak di akibatkan oleh stimulus yang dikenal tetapi dilakukan sendiri oleh organism. Karena perilaku ini pada awalnya tidak berkorelasi dengan stimuli yang dikenali, maka ia Nampak spontan. Contohnya ketika hendak bersiul, berdiri lalu berjalan. Kebanyakan dari aktivitas kita adalah perilaku operan.
Dengan dibaginya dua macam perilaku tersebut, maka ada dua jenis pengkondisian, yaitu:
1. Respondent conditioning ( pengkondisian responden) atau biasa disebut dengan pengkondisian tipe S. pengkondisian ini menekankan arti penting stimulus dalam menimbulkan respon yang diiginkan.
2. Operant conditioning ( pengkondisian operan) atau biasa disebut dengan pengkondisian tipe R. dalam pengkondisian ini, penguatan pengkondisianya ditunjukkan dengan tingkat respon.
Maka dapat kita lihat  bahwa dalam pengkondisian tipe S, itu identik dengan pengkondisian klasik Pavlov, sedangkan pengkondisian tipe R identik dengan pengkondisian instrumental Thorndike. Sedangkan riset skinner hampir semuanya berkaitan dengan penngkondisian tipe R atau pengkondisian operan.
Ada dua prinsip umum dalam operant conditioning yaitu:
1. Setiap respon yang diikuti dengan stimulus yang menguatkan cenderung akan diulang
2. Stimulus yang menguatkan adalah segala sesuatu yang memperbesar rata-rata terjadinya respon operan
Dalam pengkondisian operan, penekananya adalah pada perilaku dan pada konsekwensinya. Dengan pengkondisian operan, organism pasti merespon dengan cara tertentu untuk memproduksi stimulus yang menguatkan. Prinsip pengkondisian operan berlaku untuk berbagai maan situasi. Untuk memodifikasi perilaku, seseorang cukup mencari sesuatu yang mmenguatkan bagi suatu organism yang perilakunya hendak dimodifikasi, menunggu sampai perilaku yang diinginkan terjadi dan kemudian segera memperkuat organism tersebut
Konsep utama operant conditioning1. Penguatan (reinforcement)
Penguatan (reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Penguatan boleh jadi kompleks. Penguatan berarti memperkuat. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua bagian:
-  Penguatan positif adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah , perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb).
-  Penguatan negatif, adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa dll).
Satu  cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan positif dan penguatan negatif adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh. Dalam penguatan negatif, ada sesuatu yang dikurangi atau di hilangkan. Adalah mudah mengacaukan penguatan negatif dengan hukuman. Agar istilah ini tidak rancu, ingat bahwa penguatan negatif meningkatkan probabilitas terjadinya suatu prilaku, sedangkan hukuman menurunkan probabilitas terjadinya perilaku.
Menurut (Walker, 1996) dalam http://dosen.fip.um.ac.id/hetti/ reinforcement dibedakan menjadi:
1. Primary reinforcers: merupakan reniforcer yang berpengaruh langsung pada kondisi fisiologis seperti makanan pada saat lapar, air pada saat haus, tidur pada saat lelah.
2. Secondary reinforcers: merupakan reinforcer yang baru berpengaruh apabila diasosiasikan dengan primary reinforcer. Setelah proses asosiasi terjadi, secondary reinforcement memiliki pengaruh untuk mengurangi atau meningkatkan kemungkinan munculnya respon. Contoh: uang, bisa memunculkan respon jika diasosiasikan dengan kebutuhan fisiologis.
3. Contingent reinforcers: reinforcer yang hanya mampu mengubah perilaku ketika seseorang tahu perilaku mana yang akan diberi reinforcer, atau stimuli yang bermakna yang hanya diberikan saat organisme memunculkan respon yang diharapkan. Landy (1984) mengemukakan tentang pemberian Contingent reinforcers yang efektif di tiga setting yaitu institusi kesehatan mental : contingent reinforcers efektif mengubah perilaku maladaptif menjadi perilaku yang benar dan sesuai; setting sekolah misalnya dengan token economy di kelas;  oleh guru kepada muridnya untuk tujuan mengembangkan ketrampilan tertentu; setting pekerjaan misalnya dengan pemberian komisi akhir tahun, insentif atau apresiasi berupa pujian dari atasan disesuaikan dengan prestasi  bagi mereka yang melebihi standar.
4. positive reinforcers: penyajian stimuli yang meningkatkan probabilitas suatu respon (cenderung menyenangkan).  Penerapan terbaik : dengan menggunakan penguatan pengukuh  positif bila suatu stimulus (benda atau kejadian) dihadirkan/ terjadi sebagai akibat / konsekuensi dari perilaku, dan karena keseringan pemunculan meningkatkan perilaku yang diharapkan.
2. Hukuman (punishment)
Hukuman (punishment) adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku atau apa saja yang menyebabkan sesuatu respon atau tingkahlaku menjadi berkurang atau bahkan langsung dihapuskan atau ditinggalkan. Dalam bahasa sehari-hari kita dapat mengatakan bahwa hukuman adalh menegah pemberian seasuatu yang diharapkan organism, atau member seseuatu yang tidak diinginnya.
Namuun menurut skinner hukuman tidak menurunkan probabilitas  respon, walupun hukuman bisa menekan suatu respon selama hukuman itu diterapkan, manun hukuman tidak akan melemahkan kebiasaan. Skinner juga berpendapat bahwa hukuman dalam jangka panjang tidak akan efektif, tampak bahwa hukumman hanya menekan perilaku, dan ketika ancaman dihilangkan, tingkat perilaku akan ke level semula. Contohnya:

3. Shaping (pembentukan respon)
Berdasarkan pengkondisian operan, pada tahun 1951 skinner mengembangkan teknik “ pembentukan respon” atau disebut dengan shaping untuk melatih hewan menguasai tingkah laku yang komplek yang juga relevan dengan tingkah laku manusia. Teknik pembentukan respon ini dilakukan dengan cara menguatkan organism pada setiap kali ia bertindak kea rah yang diinginkan sehingga ia menguasai atau belajar merespon sampai pada suatu saat tidak perlu lagi menguatka respon tersebut.
Pembentukan respon terdiri dari dua komponen, yaitu : diferential reinforcement (penguatan diferensial) yang berarti sebagian respon di perkuat dan sebagian lainya tidak. Dan  successive approximation (kedekatan suksesif), yaknni fakta bahwa respon-respon yang semakin sama dengan yang diinginkan oeh eksperimentalllah ang akan diperkuat. Dalam contoh skinner, ketika tikus masuk  ke dalam kotak skinner   akan diberi penguat secara bertahap sampai tikus bisa menekan tuas
4. Penjadwalan Reinforcement
Dalam operant conditioning, jadwal penguat adalah komponen penting dari proses belajar. Kapan dan seberapa sering kita memperkuat perilaku yang dapat memiliki dampak yang dramatis pada kekuatan dan kecepatan respon. Jadwal penguatan tertentu mungkin lebih efektif dalam situasi tertentu. Ada dua jenis jadwal penguatan, yaitu:
a. Continuous Reinforcement ( penguatan terus-menerus)
Dalam penguatan terus menerus, penguatan diberikan pada saat setiap kali organism menghasilkan suatu respon. Pada umumnya, jadwal ini paling baik digunakan selama tahap awal belajar untuk menciptakan hubungan yang kuat antara perilaku dan respon. 
b. Partial Reinforcement  ( penguatan parsial)
Dalam penguatan parsial, respon diperkuat hanya bagian dari waktu. Belajar perilaku diperoleh lebih lambat dengan tulangan parsial, tetapi tidak mendapatkan respon yang lebih tahan terhadap kepunahan. Skinner talah memublikasikan data tentang efak dari penguatan parsial ketika Humhreys menggunncang dunia psikologi dengan menunjukkan bahwa proses pelenyapan adalah lebih ccepat sesudah penguatan 100 persen ketimbang sesudah penguatan parsial. Artinya, jika suatu organism menerima  penguat setiap kali ia membuat respon yang tepat selam proses belajar dan kemudian dimasukkan dalam proses plenyapan, maka responya akan lenyap lebih cepat ketimbang organnisme dengan respon benar yang tidak mencapi 100 persen. Denngan kata lain, penguatan parsial akan menyebabkan resistensi yang lebih besar terhadap pelenyapan ketimbang yang bberkkelanjutan atau penguatan 100 persen.  Ini disebut dengan partial reinforcement effecct
5. Pemadaman Dan Pemulihan Kembali
Seperti halnya dalam pengkondisian klasik, ketika kita mencabut penguatan dari situasi pengkondisian operant, berarti kita melakukan extinction ( pemadaman/ pelenyapan). Misalnya dalam percobaan skinner. Pada saat hewan sudah biasa menekan tuas untuk mendapatkan makanan, mekanisme pemberian makanan mendadak dihentikan, maka penekanan tuas tidak akan mmenghasilkan makanan bagi tikus terseabut. Dari ini kita akan melihat catatan komulatif pelan-pelan akan mendatar dan akhirnya akan kembali seperti semula, yang menunjukkan tidak ada lagi respon penekanan tuas (seperti pada saat penguatan belum diperkenalkan) Pada hal ini kita akan mengatakan telah terjadi pemadaman. Setelah pemadaman, apabila hewan dikembalikan ke sarangnya selama preode waktu tertentu dan kemudian dikembalikan ke dalam situasi percobaan, ia akan sekali lagi mulai mmenekkan tuas dengan segera tanpa perlu dilatih lagi. Ini disebut sebagai pemulihan kembali.
6. Generalisasi Dan Diferensiasi (diskriminasi)
Yang dimaksud dengan generalisasi adalah penguatan yang hampir sama dengan penguatan sebelumnya akan dapat respon yang sama. Organism cenderung menggeneralisasilkan apa yang di pelajarinya, contoh dalam kehidupan sehari-hari, seorang  siswa akan mengerjakan PR dengan tepat waktu karena pada minggu lalu ia mendapat pujian didepan kelas oleh gurunya ketika menyelesaikan PR tepat waktu. Contoh lainnya, anak kecil yang mendapatkan penguatan oleh orang tuanya akarena menimang dan menyayangi anjing kelluarga, ia akan segera mengeneralisasikan respon menimmang ajing itu dengan  anjing yang lain.
Generalisasi dapat juga  dapat dikekang oleh latihan diskriminasi. Diskrimnasi adalah respon organism terghadap suatu penguatan, tetapi tidak terhadap jenis penguatan yang lain. Latihan diskriminasi akan efektif jika terdapat stimulus diskriminatif yang jelas dalam membedakan kasus dimana respon harus dilakukan dengan khusus dengan kasus dimana respon harus  ditekan.
Jika dikaitkan dengan contoh diatas dimana anak akan mengeneralisasikan menyayangi anjing keluarga dengan anjing yang lainnya, sedangkan dapat berbahaya ( katakanlah, anjing ttetangga sangat galak dan suka menggigit) maka orang tua harus memberikan llatihan diskriminasi, sehingga anak mendapatkan penguatan jika ia menyayangi anjing keluarga dan bukan anjing tetangga, dengan ara  oranng tua mmenunjukkan aspek-aspek anjing yang melihatkan keramahannya( misalnya ekornya biasa dikibas-kibas) sehingga anak akan bisa mengenali mana anjing yang rmah dan biisa disayang dan mana anjing yang galak.
Kelebihan Dan Kekurangan Teori Operant ConditioningDalam sebuah teori tentunya tentunya ada kelebihan dan kelemahannya, begitu juga di dalam teori operant conditioning. Berikut adalah kelebihan dan kekurangan dari teori pengkondisian operan.
Kelebihan
Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan. Dan dengan adanya penguatan, menjadikan motivasi bagi organism untuk berperilaku yang benar sesuai dengan keinginan.
Kekurangan

Di bawah ini adalah kekurangannya:
a)    Proses belajar dapat diamati secara langsung, padahal pelajar adalah proses kegiatan mental yang tidak dapt disaksikan dari luar, keuali sebagai gejalanya.
b)   Proses belajar bersifat otomatis-mekanis sehingga terkesan seperti ggerakan mesin dan robot, padahal setiap individu memiliki self-direction (kemampuan mengarahkan diri)dan sellf-control (pengendalian diri) ayng bersifat kognitif, sehinggga ia bisa menolak jika ia tidak menghendakki
c)  Proses belajar manusiia dianalogikan dengan perilaku hewan itu sulit diterima, mengingat menoloknya perbedaan karakter fisikk maupun psikis antara mannusia dan hewan.
Penerapan Teori Skinner Dalam Pendidikan
Dari penjelasan terperinci diatas tentang operant conditioning dapat diambil kesimpulan bahwa operant conditioning merupakan teori belajar yang menjelaskan bahwa sesuatu yang diikuti oleh konsekuensi yang menyenangkan akan cenderung diulang-ulang. Saya sudah mengamati tentang cara belajar yang digunakan oleh sebagian mahasiswa UPI jurusan Pendidikan Sejarah Tahun pada tahun 2007 kelas I. Setiap hari Jumat mahasiswi ini ada mata kuliah TIK dalam pembelajaran Sejarah, dimana dosen yang mengajar adalah dosen yang dianggap mahasiswa ini adalah dosen yang disiplin dan sedikit galak. Beliau (dosen) memberi peraturan bahwa setiap mahasiswa yang terlambat lebih dari 15 menit dilarang mengikuti mata kuliahnya. Hal ini membuat mahasiswa Pendidikan Sejarah menaati peraturan yang ada.
Pada suatu hari di hari pada saat mengikuti mata kuliah ini, ada mahasiswa yang datang terlambat untuk mengikuti mata kuliah tersebut, mahasiswa ini meminta ijin untuk dapat mengikuti perkulihaan, tetapi dosen menyuruhnya keluar. Tindakan yang dilakukan oleh dosen ini merupakan punishment. Hal ini merupakan hukuman, dikarenakan sudah ada pertauran yang dibuat tetapi dilanggar oleh mahasiswa. Tidak boleh mengikuti perkuliahan merupakan konsekuensi yang diberikan. Konsekuensi yang diberikan dosen  kepada mahasiswa yang terlambat, memberikan pengalaman kepada mahasiswa lain yang sedang mengikuti perkulihan sejarah.  Di minggu-minggu berikutnya ternyata sudah tidak ada lagi mahsiswa yang terlambat masuk di saat jam perkuliahaan TIK dalam pembelajaran Sejarah, bahkan semua mahasiswa datang lebih cepat sebelum perkuliahan di mulai. Dari pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hal itu merupakan proses belajar dimana ada perubahan prilaku maupun pengetahuan yang relatif menetap yang disebabkan oleh pengalaman.
DAFTAR PUSTAKA
Olson, Mathew. (2008). Theories of Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sadmoko, Hetty Rahmawati. (2010). Teori Behavioristik dan Social Learnin. [Online]. Tersedia :  http://dosen.fip.um.ac.id/hetti/. (15 September  2011).
Syah, Muhibbin. (2003). Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Wikipedia. 2006. B F Skinner. (Online). (http: //en.wikipedia.org/wiki/ B_F_Skinner.html. (14 September 2011).











0 comments:

Post a Comment